PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
BANGSA MUGHOLIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUSKA RIAU
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
Oleh M. Novrianto
SEJARAH BANGSA MONGOL
A. BANGSA MONGOL DAN DINASTI ILKHAN
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ketangan bangsa Mongol
bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal
dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat
kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khasanah ilmu
pengetahuan itu ikiut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin Hulagu Khan tersebut.
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang
membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan
Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang meraka bernama Alanja
Khan yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu
melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak
yang bernama Ilkhan yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di
kemudian hari.1
Dalam rentang waktu yang sangat panjang kehidupan bangsa Mongol tetap
sederhana mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah pindah dari satu
tempat ke tempat lain, mengembala kambing dan dan hidup dari hasil buruan.
Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional yaitu mempertukarkan kulit
binatang dengan binatang yang lain, baik diantara sesama mereka maupun dari
bangsa Turki dan Cinayang menjadi tetangga mereka.2 Sebagaimana umumnya
bangsa Nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka
berperang dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan
tetapi mereka sangat patuh kepada pemimpinya. Mereka menganut agama
Syamaniyah ( Syamanism), menyembah bintang bintang dan sujud kepada
matahari yang sedang terbit.
1 Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-hadharoh al-Islamiyah, Juz VII (Kairo
Maktabah al Nahdhah al-Mishriyah, 1979), hlm. 745
2 Hassan Ibrahim Hassan, Tarikh al-islami, Juz IV (Kairo : Maktabah al-Nahdhad al-Mishriyah,
1979), hlm 132. dari buku Dr.Badri Yatim, M.A, sejarah peradaban islam.
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa
kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. Ia berhasil menyatukan 13 kelompok suku
yang ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, puteranya Timujin yang masih
berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha
memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan
suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada
tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jengis Khan, raja yang perkasa. Ia menetapkan
suatu undang-undang yang disebutnya Al-Yasak atau Al-yasah, untuk mengatur
kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban yang sama dengan laki-laki
dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar dan
kecil, 1000, 200, dan 10 orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang
komandan.3 Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat
dibidang militer. Setelah pasukan perangnya terorganisasi dengan baik, Jengis
Khan berusaha memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklikan
teradap daerah-daerah lain. Serangan pertama diarahkan ke kerajaan Cina. Ia
berhasil menduduki Peking pada 1215 M.4 Sasaran selanjutnya adalah negerinegeri
islam. Pada tahun 606 H/1209 M, tentara Mongol keluar dari negerinya
dengan tujuan Turki dan Ferghana, kemudian terus ke Samarkand. Pada mulanya
mereka mendapat perlawanan berat dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala al-Din
di Turkistan. Pertempuran berlangsung seimbang. Karena itu, masing-masing
kembali ke negerinya.5sekitar 10 tahun kemudian mereka masuk ke bukhara,
Samarkand. Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai ke perbatasan Irak. Di
bukhara, ibu kota Khawarizm, mereka mendapat kembali perlawanan dari Sultan
Ala al-Din, tetapi kali ini mereka dengan mudah dapat mengalahkan pasukan
Khawarizm. Sultan Ala al-Din tewas dalam pertempuran di Mazindaran pada tahu
1220 M. Ia digantikan oleh puteranya, Jalal al-Din yang kemudian melarikan diri
ke India karena terdesak dalam pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari
sana pasukan Mongol terus ke Azerbaizan.6 Disetiap daerah yang dilaluinya,
pembunuhan besar-besaran terjadi. Banyak bangunan indah dihancurkansehingga
3 Bertold Spuler, History of The Mongols (London:Routledge & Kegan Paul, 1972), hlm. 26
4 Calr Brockelmann, Histry of the islamic people, London Roudledge dan Kegan Paul, 1980, hlm
246
5 Hassan Ibrahim Hassan, op, cit, hlm.142-143.
6 Jalal al-Din al-Sayuthi, tarikh al-khulafa’ , Beirut: dar al-fikr, tanpa tahun, hlm.433.
tidak terbentuk lagi, kemudian juga isi bangunan yang sangat bernilai sejarah,
sekolah-sekolah, masjid-masjid, dan gedung-gedung lainnya dibakar.
Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jengis Khan membagi wilayah
kekuasaanya menjadi empat bagian kepada empat orang puteranya, yaitu Juchi,
Chagatai, Ogotai, dan Tuli. Chagatai berusaha menguasai daerah-daerah islam
yang pernah ditaklukkan dan berhasil merebut Illi, Ferghana, Ray, Hamazan, dan
Azerbaijan. Sultan Khawarizm, Jalal al-Din berusaha keras membendung
serangan tentara Mongol, namun Khawarizm tidak sekuat dulu. Kekuatannya
sudah banyak terkuras dan akhirnya terdesak. Sultan melarikan diri disebuah
daerah pegunungan ia dibunuh oleh seorang Kurdi. Dengan demikian berakhirlah
kerajaan Khawarizm. Kematian Sultan Kahwarizmsyah itu membuka jalan bagi
Chagatai untuk melebarakan sayap kekuasaanya dengan lebih leluasa.
Saudara Chagatai, Tuli Khan menguasai khurasa. Karena kerajaankerajaan
islam sudah terpecah belah dan kekuatannya sudah lemah, tuli dengan
mudah dapat menguasai Irak. Ia meninggal dunia pada tahun 654 H / 1256 M dan
digantikan oleh puteranya Hulagu Khan.7
Pada tahun 656 H /1258 M tentara Mongol yang berkekuatan sekitar
200.000 orang tiba disalah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu’tashim, penguasa
terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243-1258), betul-betul tidak mampu
membendung “topan” tentara Hulagu Khan. Pada saat yang keritis tersebut, wazir
khilafah Abbasiyah, Ibn al-‘Alqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu
khalifah. Ia mengatakan kepada khalifah. Raja (Hulagu Khan) ingin mengawinkan
anak perempuannya dengan Abu Bakr, putera khalifah. Berakhirlah kekuasaan
Abbasiyah di Baghdad, Baghadad dihancurkan rata dengan tanah sebagaimana
kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol. Walaupun sudah dihancurkan Hulagu
Khan memantapkan kekuasaanya di Baghdad selama 2 tahun. Sebelum
melanjutkan ke Syria dan Mesir. Dari Baghdad pasukan Mongol menyeberangi
sungai Euphrat menuju Syria. Kemudian melintasi Sinai, Mesir. Pada tahun 1260
M mereka berhasil menduduki Nablus dan Gaza. Panglima tentara Mongol
Kitbugha mengirim utusan ke Mesir meminta supaya Sultan Qutus yang menjadi
raja kerajaan Mamalik, tetapi permintaan itu ditolak Qutus bahkan utusannya
7 Muhammad Hudhari Bek, Muhadharat tarikh al-umam al-islamiyah, (Kairo: al-maktabah alkubro,
1970), hlm. 480.
dibunuh.8 Tindakan Qutus ini menimbulkan kemarahan dikalangan tentara
Mongol, Kitbugha kemudian melintasi Yordania menuju Galilie. Pasukan ini
bertemu dengan pasukan Mamalik yang dipimpin langsung oleh Qutus dan
Baybras di ‘Ain Jalut. Pertempuran dahsyat pun terjadi, pasukan Mamalik berhasil
menaklukkan tentara Mongol, 3 September 1260.9
Baghdad dan daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh
Dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan Hulagu.10 Daerah yang
dikuasai adalah daerah yang terletak antara Asia Kecil di barat dan dan India di
timur. Dengan ibu kotanya Tabriz.11 Umat Islam dengan demikian yang dipimpin
oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama Syamanism. Hulagu meninggal
pada tahun 1265 M dan digantikan oleh anaknya Abaga (1265-1282 M) yang
masuk Kristen. Baru rajanya yang ketiga Ahmad Teguder (1282-1284 M) yang
masuk Islam. Karena masuk Islam ia pun ditantang oleh pembesar kerajaan yang
lain dan akhirnya ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian
menggantikannya menjadi raja (1284-1291 M).12 Raja Dinasti Ilkhan yang ke
empat ini sangat kejam terhadap umat Islam. Selain Teguder, Mahmud Ghazan
(1295-1304 M) raja yang ke tujuh dan raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama
Islam, dengan masuk Islamnya Mahmud Ghazan-sebelumnya beragama budha-
Islam meraih kemenangan terhadap agama Syamanisme. Sejak itu pula orangorang
Persia mendapatkan kemerdekaannya kembali.
Berbeda dengan raja sebelumnya Ghazan mulai memperhatikan
perkembangan peradaban. Ia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastera. Ia
amat gemar terhadap kesenian terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan alam
seperti astronomi, kimia, mineralogi, metalurgi, dan botani. Ia membangun biara
untuk para darwis, perguruan tinggi untuk madzhab Syafi’i dan Hanafi, sebuah
perpustakaan observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya. Ia wafat dalam
usia muda, 32 tahun dan digantikan oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu (1304-
8 Ahmad Syalabi, op, cit., hlm. 746.
9 Carl Brockelmann, op, cit., hal 182-183
10 Harun Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid 1,(Jakarta: UI press, 1985, cetakan
kelima), hlm. 80.
11 Arthur Goldschmidt, jr., A concise historu of the midl east, (colorado: westview press, 1983),
hlm. 116.
12 Hassan Ibrahim Hassan, sejarah dan kebudayaan islam, (Yogyakarta:kota kembang, 1989),
hlm.307
1317 M), seorang menganut Syi’ah yang extrem. Ia mendirikan kota raja
Sultaniyah, dekat Zanjan. Pada masa pemerintahan Abu Sa’id (1317-1335 M)
pengganti Muhammad Khudabanda terjadi bencana kelaparan yang sangat
menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka.
Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu ini terpecah belah sepeninggal Abu’ Sa’id,
yang saling memerangi. Dan akhirnya mereka semua ditaklukkan oleh Timur
Lenk.
B. SERANGAN-SERANGAN TIMUR LENK
Setelah lebih dari sat abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari
kahancuran dari bangsa Mongol dibawah Hulagu Khan, malapetaka yang tidak
kurang dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan
bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada Dinasti
Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi kebiadaban kekejaman masih
melekat kuat serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si
Pincang.
Sang penakluk ini lahir dekat Kesh (sekarang Khakhrisyabz, kota hijau,
Uzbekistan) sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336
M/25 Sya’ban 736 H. Dan meninggal di Qatrar pada tahun 1404 M.13 Ayahnya
bernama Taragai, kepala suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi
menteri dan kerabat Jatagai, putera Jengis Khan.14 Suku Barlas mengikuti Jagatai
mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gubernur
Kesh. Keluarganya mengaku keturunan jengis Khan sendiri.15
Sejak usia masih sangat muda, keberanian dan keperkasaannya yang luar
biasa sudah terlihat. Ia sering diberi tugas untuk menjinakkan kuda-kuda banal
yang sulit ditunggangi dan memburu binatang-binatang liar.16 Sewaktu berumur
12 tahun, ia sudah terlibat dalam banyak peperangan dan menunjukan kehebatan
dan keberanian yang mengangkat dan mengharumkan namanya dikalangan
bangsanya. Akan tetapi baru setelah ayahnya meninggal, sejarah kepekasaannya
13 Encyclopaedia Americana, vol 26 (Connacticut: Grolier Incorporated ), hlm 765-767
14 Encyclopaedia Britannica, vol 22, (London: William Benton Publisher), hlm. 3-4
15 First Encyclopaedia of islam, vol. 7(London: E.J.Brill),. Hlm. 777
16 M.farid Wajdi, dairat al-ma’arif li al-qarn al-‘isyrin, jilid 2(beirut : al-maktabah al-‘ilmiyah aljadidah),
hlm. 729
bermula. Setelah Jagatai wafat, masing-masing Amir melepaskan diri dari
pemerintahan pusat. Timur Lenk mengabdikan diri pada Gubernur Transoxiana,
Amir Qazaghan. Ketika qazaghan meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq
Temur Khan, pemimpin Mughalistan, yang menjarah dan menduduki
Transoxiana. Timur Lenk bangkit memimpin perlawanan untuk membela nasib
kaumnya yang tertindas.17 Tughluq Temur setelah melihat keberanian dan
kehebatan Timur, menwarkan kepadanya jabatan gubernur, di negeri
kelahirannya, tawaran itu diterima. Akan tetapi setahun setelah Timur Lenk
diangkat menjadi gubernur, tahun 1361 M, Tughluq Temur mengangkat
puteranya, Ilyas Khoja menjadi gubernur Samarkand dan Timur Lenk menjadi
wazirnya. Ia segera bergabung dengan cucu Qazaghan, Amir Husain, mengangkat
senjata memberontak terhadap Tughluq Temur.
Timur Lenk brhasil mengalahkan Tuhluq Temur dan Ilyas Khoja.
Keduanya dibinasakan dalam pertempuran. Ambisi Timur Lenk untuk menjadi
raja sangat besar, karena ambisi itu ia kemudian berbalik memaklumkan perang
melawan Amir Husain, walaupun iparnya sendiri di Balkh. Setelah itu, ia
memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut
Jagatai dan turunan Jengis Khan, pada 10 April 1370 M. Sepuluh tahu pertama
masa pemerintahannya ia berhasil menaklukan Jata dan Khawarizm dengan
sembilan ekspedisi. Setelah keduanya dapat ditaklukkan kekuasaannya mulai
kokoh, ketika itulah Timur Lenk mulai menyusun rencana untuk mewujudkan
ambisinya menjadi penguasa besar. Pada tahun 1381 M ia terus menunjukan
serbuan ke Herat dan menduduki negeri-negeri di Afghanistan, Persia, Pars dan
Kurdistan. Ditengah perjalanan menuju ke Cina tepatnya di Otrar ia meninggal
dunia pada usia 71 tahun (1404 M).
Sekalipun ia terkenal sebagai orang yang sangat ganas, dan kejam terhadap
penentangnya, sebagai seorang muslim Timur Lenk tetap memperhatikan
perkembangan Islam. Bahkan dikatakan ia seorang yang saleh, ia menganut
Syi’ah, menyukai tasawuf tarekat Naqsyabandiyah. Dalam perjalanannya ia selalu
membawa, ulama sastrawan dan seniman, ulama dan ilmuwan dihormatinya.
Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian utara ia menerima dengan hormat
17 First Encyclopaedia of islam, loc, cit.
sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sultan Faraj untuk membicarakan
perdamaian.18
Di Samarkand didirikan bangunan dan masjid yang megah serta indah.
Dimasa hidupnya kota Samarkand menjadi pasar internasional, mengambil alih
kedudukan Baghdad dan Tabriz. Ia datangkan tukang-tukang yang ahli, seniman
ulung, pekerja yang pandai, dan arsitek dari negeri taklukkannya; Delhi,
Damaskus, dan yang lainnya. Ia meningkatkan perdagangan dan industri di
negerinya dan membuka rute baru antara India dan Persia Timur. Ia mengatur
administrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan
berjuang menyebarkan Islam.
Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir
dan Khalil berperang merebutkan kekuasaan. Khalil (1404-1405 M) keluar
sebagai pemenang. Tetapi ia hidup berfoya-foya menghabiskan kekayaan yang
ditinggalkan ayahnya. Karena itu, saudaranya yang lain, Syah Rukh (1405-1447
M) merebut kekuasaan dari tangannya, Syah Rukh berusaha mengembalikan
wibawa kerajaan, ia seorang yang adil dan lemah lembut. Setelah wafat ia
digantikan oleh anaknya, Ulugh Bey (1447-1449 M) seorang raja yang alim dan
sarjana ilmu pasti. Namun masa kekuasaannya tidak lama, karena ia dibunuh oleh
anaknya yang haus kekuasaan, Abd al-Latif (1449-1450 M). Raja besar Dinasti
Timuriyah yang terakhir adalah Abu Sa’id (1452-1469 M), pada masa inilah
kerajaan mulai terpecah belah. Kerajaan yang luas itu diperebutkan oleh dua suku
Turki yang baru muncul kepermukaan, yaitu kota Kuyunlu (domba hitam) dan Ak
Koyunlu (domba putih). Abu Sa’id sendiri terbunuh ketika bertempur melawan
Uzun Hasan, penguasa Ak Koyunlu.19
C. DINASTI MAMALIK DI MESIR
Negeri ini adalah salah satu yang selamat dari kehancuran yang berada
dibawah kekuasaan dinasti Mamalik. Karena negeri ini terhindar dari kehancuran,
maka persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relatif terlihat
dari beberapa diantara prestasi yang pernah dicapai pada masa klasik bertahan di
Mesir. Walaupun demikian kemajuan yang dicapai oleh dinasti ini, masih
18 Ahmad Syalabi, op, cit., Jus 5, hlm. 648.
19 Hamka, op, cit., hlm. 57
dibawah prestasi yang dicapai oleh umat Islam pada masa klasik. Hal itu mungkin
karena metode barfikir tradisional sudah tertanam sangat kuat sejak
berkembangnya aliran teologi ‘Asy’ariyah, filsafat mendapat kecaman sejak
pemikiran al-Ghazali mewarnai pemikiran mayoritas umat Islam, dan yang lebih
penting lagi adalah karena Baghdad dengan fasilita-fasilitas ilmiahnya yang
banyak memberi inspirsasi kepusat-pusat peradaban islam, hancur.
Mamalik adalah jamak dari Mamlu yang berarti budak. Dinasti Mamalik
memang didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang
yang ditawan oleh penguasa dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik
dan dijadikan tentranya. Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang
terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, al-Malik al-
Salih, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaanya.
Pada masa penguasa ini, mereka mendapat hak-istimewa, baik dalam karir
ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan material. Pada umumnya mereka
berasal dari daerah Kaukasus dan laut Kaspia. Di Mesir mereka ditempatkan di
pulau Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan militer dan keagamaan.
Karena itulah mereka dikenal dengan julukan Mamlu’bahri (laut). Saingan mereka
dalam ketentaraan pada masa itu adalah tentara yang berasal dari suku Kurdi.
Ketika al-Malik al-Salih meninggal (1249 M), anaknya, Turansyah, naik
tahta sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih
dekat kepada tentara asal Kurdi dari pada mereka. Pada tahun 1250 M Mamalik
dibawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Isteri al-
Malik al-Salih, Syajarah al-Durr, seorang yang juga berasal dari kalangan
Mamalik berusaha mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepakatan
golongan Mamalik itu.20 Kepemimpinan Syajarah al-Dur berlangsung sekitar 3
bulan. Ia kemudian kawin dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan
menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap dapat terus
berkuasa dibelakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu Aybak membunuh
Syajarah al-Dur dan megambil sepenuhnya kembali pemerintahan. Pada mulanya,
Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa Ayyubiyah bernama Musa
sebagai Sultan”syar’i” (formal) disamping dirinya yang bertindak sebagai
20 P.M. Holt (Ed). The Cambridge history of islam, Volo. IV, (London: Cambridge University
Press, 1977), hlm. 210.
penguasa yang sebenarnya. Namun, Musa akhirnya dibunuh oleh Aybal. Ini
merupakan akhir dari dinasti Ayyubiyah di Mesir dan awal dari kekuasaan dinasti
Mamalik.
Aybak berkuasa selama 7 tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal ia
sigantikan oleh anaknya Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian
mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz.
Setelah Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri ke Syria karena tidak
senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Diawal tahun 1260 M
Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir
seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di Ayn Jalut, dan pada taggal 13
September 1260 M, tentara Mamalik dibawah pimpinan Qutuz dan Baybars
berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut.21 Kemenangan atas tentara
Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan
umat Islam disekitarnya. Penguasa-penguasa di Syiria segera mengatakan setia
kepada penguasa Mamalik.
Tidak lama setelah itu Qutuz meninggal dunia. Baybars, seorang
pemimpin militer yang tangguh dan cerdas, diangkat oleh pasukannya menjadi
Sultan (1260-1277 M).22 Ia adalah sultan terbesar dan termashur diantara 47
sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti
Mamalik.
Sejarah dinasti yang berlangsung sampai tahun 1517 M, ketika dikalahkan
oleh kerajaan Usmani, ini dibagi menjadi 2 periode. Pertama, periode kekuasaan
Mamluk Bahri, sejak berdirinya (1250 M)sampai berakhirnya pemerintahan Hajji
II tahun 1389 M, dan periode kekuasaan Mamluk Burji, sejak berkuasanya
Burquq untuk kedua kalinya tahun 1389 M sampai kerajaan ini dikalahkan oleh
kerajaan Usmani tahun 1517 M.23
Dinasti Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik Islam.
Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang
singkat ketika Qalawun (1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan secara
21 Jamaluddin Abu al-Mahasin Yusuf Ibn taghribardi, al-Nuzum al-Zahirah fi muluk mishr wa alqahirah,
Jilid IV (Kairo:dar al-kutub al-Mishriyah, 1963), hlm. 55.
22 Philip K. Hitti, op, cit., hlm. 672.
23 Jere L. Bacharch. A Midle East studies hand book, (Cambridge:Cambridge University
Press,1984), hlm. 25
turun temurun. Anak Qalawun berkuasa hanya 4 tahun, karena kekuasaanya
direbut oleh Kitbugha (1295-1297 M). Sistem pemerintahan oligarki ini banyak
mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan Amir menjadi sangat penting. Para
Amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka merupakan kandidat Sultan.
Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam berbagai bidang, seperti konsolidasi
pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.
Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas tentara
Mongol di Ayn Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daera-daerah
sekitarnya. Banyak penguasa dinasti kecil mengatakan setia kepada kerajaan ini.
Untuk menjalankan pemerintahan didalam negeri, Baybars mengangkat kelompok
militer sebagai elit politik. Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari
kerajaan-kerajaan Islam lainnya, BayBars membaiat keturunan Bani Abbas yag
berhasil meloloskan diri dari serangan bangs Mongol, al-Mustansir sebagai
Kholifah.
Dengan demikian, Khilafah Abbasiyah setelah dihancurkan oleh tentara
Hulago di Baghdad, berhasil dipertahankan oleh dinasti ini denga Kairo sebagai
pusatnya.24 Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang dapat mengancam kekuasaan
Baybars dapat dilumpuhkan, seperti tentara Salib disepanjang laut tengah, Assasin
di pegunungan Syiria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia), dan
kapal-kapal Mongo; di Anatolia.25 Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamalik
membuka hubugan dagang dengan Peranci dan Italia melalui jalur perdagangan
yang sudah dirintis oleh dinasti Fatimiyah di Mesir sebelumnya. Jatuhnya
Baghdad membuat Kairo, sebagai jalur perdagangan antara Asia dan Eropa,
menjadi lebih penting karena Kairo menghubugkan jalur perdagangan Laut Merah
Laut Tengah dengan Eropa. Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat,
keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan
trasportasi dan komunikasi antar kota, baik laut maupun darat. Ketangguhan
angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan perekonomiannya.
Dibidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuan-ilmuan
asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak
24 Jamaluddin Abu al- Mahasin Yusuf Ibn Taghri Bardi, op, cit., hlm. 201
25 Marsal J.S. Hodgson. The venture of islam, (Chicago:Chicago University Press, 1974), hlm.
425-426.
berkembang di Mesir seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan
ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan,
Ibn Takribadi, dan Ibn Khaldun. Dibidang astronomi dikenal Nashir al-Din al-
Tusi. Dibidang matematika Abu al- Faraj al-Ibry. Dalam bidang kedokteran: Abu
al-Hasan Ali al-Nafis penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru
manusia, Abd al-Mun’in al-Dimyathi, seorang dokter hewan, dan al-Razi, perintis
pesikoterapy. Dalam bidang Opthalmologi dikenal nama Salah al-Din Ibn Yusuf.
Sedangkan dalam ilmu keagamaan, tersohor nama Ibn Taimiyah, seorang pemikir
reformis dalam Islam, al-Sayuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Ibn
Hajar al-Asqalani dalam ilmu hadist dan lain-lain. Dinasti Mamalik juga banyak
mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir
untuk membangun sekolah dan masjid yang indah. Bangunan lain yang didirikan
pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, fila-fila,
kubah dan menara masjid.
Kemajuan-kemajuan itu tercapai berkat keperibadian dan wibawa sultan
yang tinggi, solidaritas sesama militer yang kuat, stabilitas negara yang aman dari
gangguan. Akan tetapi, ketika dikdaktor tersebut menghilang, dinasti Mamalik
sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. Semenjak masuknya budak dari
Sirkasia yang kemudian di kenal dengan nama Mamluk Burji yang untuk
pertamakalinya dibawa oleh Qalawun, solidaritas antar sesama militer terutama
setelah Mamluk Burji berkuasa. Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral
rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan. Kemewahan dan kebiasaan
berfoya-foya dikalangan penguasa menyebabkan pajak dinaikkan. Akibatnya,
semangat kerja rakyat menurun, dan perekonomian negara tidak stabil. Disamping
itu, ditemukannya Tanjung Harapan oleh Eropa tahun 1498 M, menyebabkan
perdagangan Asia sampai Eropa melalui Mesir menurun fungsinya. Kondisi ini
diperparah oleh datangnya kemarau panjang dan berjangkitnya wabah penyakit.
Dipihak lain, suatu kekuatan politik baru yang besar sebagai tantangan dari
Mamalik, yaitu kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat
Mamalik di Mesir. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan Usmani dalam
pertempuran menentukan diluar kota Kairo pada tahun 1517 M. Sejak itu wilayah
Mesir berada di bawah kekuasaan kerajaan Usmani sebagai salah satu
propinsinya.
D. KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
1. Sejarah berdirinya kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya
kerajaan Safawi. Jadi diantara 3 kerajaan lainynya kerajaan inilah yang
termuda. Awal kekuasaan Islam di India terjadi pada masa Khalifah Al-
Walid dari Bani Umayyah dibawah pimpinan Muhammad ibn Qasim.
Kerajaan Mughal dengan Delhi sebagai ibu kotanya didirikan oleh
Zahiruddin Babur (1320-1412 M), salah satu cucu Timur Lenk. Ayahnya
bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi Ferghana dari
orang tuanya ketika berusia 11 tahun. Ia bertekat menaklukkan Samarkand
yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulany ia
mengalami kekalahan tapi setelah mendapat bantuan dari Raja Safawi,
Ismail I, ia berhasil menakhlukkan Samarkand pada tahun 1494 M. Pada
tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan.
Setelah Afghanistan ditaklukkan, Babur meneruskan perluasan
wilayahnya ke India. Pada waktu itu, penguasa India, Ibrahim Lodi dilanda
krisis sehingga stabilitas pemerintahan kacau. Alam Khan, paman Ibrahim
Lodi, bersama sama Daulat Khan, Gubernur Lahore mengirim utusan ke
Kabul untuk meminta bantuan Babur menjatuhkan pemerintahan Ibrahim
di Delhi. Permohonan itu langsung diterimanya. Pada tahun 1525 M,
Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kotanya Lahore. Setelah itu
ia memimpin pasukannya ke Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M
terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Babur memasuki Delhi
sebagai pemenang dan membentuk pemerintahannya disana.Dengan
demikian berdirilah Kerajaan Mughal Di India.
Setelah kerajaan Mughal berdiri, raja-raja Hindu diseluruh India
menyusun rencana untuk menyerang Babur. Namun, Babur dapat
mengalahkan pasukan Hindu. Sementara itu di Afghanistan masih
terdapat golongan yang setia terhadap keluarga Lodi. Mereka mengangka
adik kandung Lodi, Mahmud sebagai sultan. Tapi pada tahun 1529 M
Mahmud dapat dikalahkan dalam pertempuran dekat Grogra. Pada tahun
1530 M Babur menginggal dunia dalam usia 48 tahun setelah memeritah
selama 30 tahun, selanjutnya pemerintahan diteruskan oleh anak
sulungnya Humayun.
Selama sembilan tahun Humayun memegang kekuasaan, tapi
pemrintahannya banyak mengalami tantangan dan negara tak pernah
aman. Salah satu tantangan yang muncul yaitu pemberontakan Bahadur
Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan riri dari Delhi. Pembrontakan
ini dapat dipadamkan tapi Bahadur Syah dapat melarikan diri. Pada tahun
1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam
pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan dan melarikan diri ke
Kandahar lalu ke Persia. Di Persia ia kembali menyusun tentaranya dengan
bantuan Raja Persia Tahmasp. Humayun dapat mengalahkan Sher Khan
Syah setelah berkelana selama 15 tahun meninggalkan Delhi. Pada tahun
1555 M ia menduduki tahta kerajaannya lagi. Setahun setelah itu ( tahun
1556 M) ia meninggal dunia akibat terjatuh dari tangga perpustakaan.
Humayun digantikan anaknya Akbar yang berusia 14 tahun.
Karena masih muda maka urusan kerajaan diserahkan pada Bairam Khan,
seorang Syi’i. Pada masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai masa
keemasannya.
Diawal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan
sisa-sisa keturunan Sher Khan Syah yang masih berkuasa di Punjab.
Pemberontakan yang mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan
Himu, penguasa Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak tersebut
menyerang Delhi, tapi Bairan Khan menghadanginya sehingga terjadilah
perang hebat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat
dikalahkan dan Gralior serta Agra dapat dikuasai.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairan Khan
yang sudah mempunyai pengaruh kuat dan terlalu memaksa kepentingan
Syia’ah. Bairan memberontak, tapi dapat dikalahkan Akbar di Jullandur
tahun 151 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi,
Akbar mulai menyusun rencana perluasan wilayah. Ia berhasil menguasai
Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Narhala, Ahmadnagar, dan
Asirgah dalam pemerintahan militeristik.
Dalam pemerintahan militeristik tersebut, Sultan merupakan
penguasa dictator, pemerintahan daerah dipegang oleh seorang sipah salar
(kepala komandan), sedang sub distriknya dipegang oleh faujdar
(komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang
bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat tersebut memang iwajibkan
mengikuti latihan militer.
Akbar juga menerapkan apa yang disebut sulakhul (toleransi
universal). Dengan politik ini semua rakyak dipandang sama.
Kemajuan yang dicapai Akbar ini dapat dipertahankan oleh 3
sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605 – 1628 M), Syah Jehan (1628 –
1658 M), dan Aurangzeb ( 1658-1707 M). Tiga sultan penerus Akbar ini
memang terhitung raja-raja besar dan kuat. Setelah itu kemajuan kerajaan
Mughal tidak dapat dipertahankan lagi oleh raja-raja berikutnya.
2. Perkembangan kebudayaan kerajaan Mughal di India
Kemantapan stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang
ditetapkan Akbar membawa kemajuan dalam bidang bidang yang lain.
Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program
pertanian, pertambangan dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan
negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Di sektor pertanian
ini komunikasi dengan pemerintah dan petani diatur dengan baik.
Komunitas petani dipimpin oleh seorang mukaddam, melalui mukaddam
itulah pemerintah berhubungan dengan petani.26 Kerajaan berhak atas
sepertiga dari hasil pertanian itu, hasil yang terpenting bagi Mughal pada
saat itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, syur-sayuran, rempahrempah,
tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan. Disamping
untuk kebutuhan dalam negeri hasil dari pertanian itu diekspor ke Eropa,
26 W.H Moreland, “the Mughal empiret to death of Aurangzeb”, dalam M. Th Houtsma (Ed), first
encyclopaedia of islam,(Leiden: E.J.Brill, 1987), hlm.630.
Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan,
seperti pakaian tenun, dan kain tipis bahan gordiyn yang banyak
diproduksi di Gujarat dan Bengal. Untuk meningkatkan produksi, Jehangir
mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik
pengolahan hasil pertanian di Surat. Bersamaan dengan majunya
perekonomian bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang
menonjol adalah karya sastera gubahan penyair istana, baik yang
berbahasa Persia maupun yang berbahasa India. Penyair India yang
terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sasterawan sufi yang
menghasilkan karya besar yang berjudul ”Padmayat”, sebuah karya
alegoris yang mengandung pesan kebijakan jiwa manusia.27 Pada masa
Aurangzeb muncul seorang sejarawan yang bernama Abu Fadl dengan
karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah
kerajaan Mughal berdasarkan figur pemimpinnya. Karya seni yang masih
dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai
kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan
mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri, filla dan
masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun masjid
berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid Raya Delhi dan istana
indah di Lahore.28
Sebagaimana diuraikan terdahulu, pada masa kejayaan tiga
kerajaan besar, umat Islam kembali mengalami kemajuan. Akan tetapi,
kemajuan yang dicapai berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa
klasik Islam. Kemajuan pada masa klasik lebih kopleks. Dibidang
intelektual kemajuan pada masa kerajaan besar tidak sebanding dengan
kemajuan dizaman klasik. Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam
sudah mulai bertaklid kepada imam-imam besar yang lahir pada masa
klasik Islam. Kalaupun ada mujtahid, maka ijtihad yang dilakukan adalah
ijtihad fi al-madzhab, yaitu ijtihad yang masih berada dalam batas-batas
madzhab tertentu. Tidak ada lagi ijtihad mutlak, hasil pemikiran bebas
yang mandiri. Beberapa sains yang berkembang pada masa klasik, ada
27 P.M.Holt, op, cit., hlm. 57.
28 S.M Ikram, muslim civilization in India, (New York :Columbia University Press), hlm. 247.
yang tidak berkembang lagi, bahkan ada yang dilupakan. Filsafat dianggap
bid’ah. Kalau pada masa klasik, umat Islam maju dalam bidang politik,
peradaban dan kebudayaan, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan
pemikiran filsafat, pada masa tiga kerajaan besar kemajuan dalam bidang
filsafat - kecuali sedikit berkembang di kerajaan Safawi Persia - dan ilmu
pengetahuan tidak didapatkan lagi. Kemajuan yang dapat dibanggakan
pada masa ini hanya dalam bidang politik, kemiliteran, dan kesenian,
terutama arsitektur.
Ada beberapa alasan mengapa kemajuan yang dicapai itu tidak setingkat
dengan kemajuan yang dicapai dengan masa klasik:
1. Metode berfikir dalam bidang teologi yang berkembang pada masa
ini adalah metode berfikir tradisional. Cara berfikir ini nampaknya
mempengaruhi perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan.
Metode berfikir rasional yang dikembangkan oleh aliran teologi
muktazilah sudah lam padam. Yang ada adalah metode berfikir
tradisional yang dikembangkan oleh aliran teologi Asy’ariyah.
Walaupun Asy’ariyah berusaha mendamaikan pemikiran qadariyah
yang dinamis dengan Jabariyah yang fatalis tetapi aliran ini tetap
terjerumus kedalam pemikiran Jabariyah. Dalam pemikiran
Asy’ariyah, perbuatan manusia tidak dipandang efektif,
perkembangan sejarah lebih ditentukan oleh perbuatan dan
kemahakuasaan Tuhan. Aliran ini berkembang cepat dan dianut oleh
mayoritas umat Islam sehingga faham fatalisme dalam Islam menjadi
berkembang. Perkembangan metode berfikir seperti ini
menyebabkan dinamika umat Islam yang terdapat pada masa lalu
menurun, digantikan dengan fatalisme. Paham kemerdekaan manusia
ditolak dan kepercayaan kepada akal manusia tidak ada lagi.29
2. Pada masa klasik Islam kebebasan berfikir berkembang dengan
masuknya pemikiran filsafat Yunani, namun kebebasan tersebut ini
menurun sejak Al-Ghazali melontarkan kritik tajam terhadap
pemikiran filsafat yang tertuang alam bukunya Tahafut Al-Falasifah
29 Fazlur Rahman, islam, (Bandung:Penerbit Pustaka, 1984), hlm 136-137.
(kekacauan para filosof). Kritik Al-Ghazali itu memang mendapat
bantuan dari filosof besar Islam dan terakhir, Ibn Rusyd, dalam
bukunya Tahafut Al-Tahafut (kekacauan ‘buku’ kekacauan) tetapi
nampaknya kritikan Ghazali jauh lebih populer dan berpengaruh dari
pada bantahan Ibn Rusd. Nurcholish Madjid mengatakan, pemikiran
Al-Ghazali itu mempunyai efek pemenjaraan kretifitas intelektual
Islam.30
3. Al-Ghazali bukan hanya menyerang pemikiran filsafat pada
masanya, tetapi juga menghidupkan ajaran tasawuf dalam Islam.
Sehingga pelajaran ini berkembang pesat setelah Al-Ghazali.
Diantara pelajaran tasawuf adalah tawakkal, berserah diri kepada
kehendak Tuhan dan zuhud, meninggalkan ‘dunia’ dan kehidupan
materi. Dalam tasawuf, kehidupan ukhrawi jauh lebih diutamakan
dari pada kehidupan duniawi. Ajaran terakhir ini dipandang tidak
sejalan dengan pembangunan kehidupan duniawi dan kemajuan.
Bahkan Fazlur Rahman mengatakan bahwa suatu hal yang tidak bisa
diterima oleh Islam adalah sikap negatif terhadap dunia yang tamak
berkembang dikalangan kaum sufi.31 Pemikiran itu menurutnya
berkembang sangat cepat.
4. Sarana-sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran
yang disediakan masa klasik, seperti perpustakaan dan karya-karya
ilmiah, baik yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia, India,
dan Syiria, maupun dari bahasa lainnya banyak yang hancur dan
hilang akibat serangan bangsa Mongol ke beberapa pusat peradaban
dan kebudayaan Islam.
5. Kekuasaan Islam pada masa tiga kerajaan besar dipegang oleh
bangsa Turki dan Mongol yang lebih dikenal sebagai bangsa yang
suka perang ketimbang bangsa yang suka ilmu.
6. Pusat-pusat kekuasaan Islam pada masa ini tidak berada di wilayah
Arab dan tidak pula oleh bangsa Arab. Di Safawi berkembang
bahasa Persia, di Turki bahasa Turki, dan di India bahasa Urdu.
30 Nurcholish madjid, khasanah intelektual islam,(Jakarta:Bulan Bintang, 1984), hlm. 35.
31 Fazlur Rahman, op, cit., hlm. 193.
Akibatnya, bahasa Arab yang sudah merupakan bahasa persatuan
dan bahasa ilmiah pada masa sebelumnya tidak berkembang lagi dan
bahkan menurun.32
3. Kemunduran dan runtuhnya kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal beraga di puncak
kejayaanya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan
kebesaran yang dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M
kerajaan ini memasauki masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya
mulai merosot, suksesi kepemimpinan ditingkat pusat menjadi ajang
perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh dibelahan utara
dan Islam dibagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara
itu, para pedagang Inggris yang pertama kali diizinkan oleh Jehangi
menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata
semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan
pusat memang sudah muncul tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu
bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan
pemikiran puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah
dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh
Muazzam, putera tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di
Kabul.33 Putera Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-
1712 M). Ia menganut aliran Syi’ah. Pada masa pemerintahannya yang
berjalan lima tahun ia dihadapkan dengan perlawanan Sikh sebagai akibat
dari tindakan ayahnya. Ia juga dihadapkan pada perlawanan penduduk
Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syi’ah
kepada mereka.
Setelah Bahadur Syah meninggal dunia, dalam jangka waktu yang
cukup lama, terjadi perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
Bahadur Syah diganti oleh anaknya, Azimus Syah. Akan tetapi,
32 Harun Nasution, op, cit., jilid 1, hlm. 86
33 S.M,Ikram, Muslim Civilization in India, (New York: Columbia University Press), hlm. 254.
pemerintahannya ditentang oleh Zulfikar Khan, putera Azad Kha, wazir
Aurangzeb. Azimus Syah meninggal tahun 1712 M dan diganti oleh
puteranya Jihandar Syah, adiknya sendiri. Jihandar Syah dapat
disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M
Farukh Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan
kelompok Sayyid, tapi tewas ditangan para pendukungnya sendiri (1719
M). Sebagai gantinya, diangkat Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun
ia dan pendukungnya diusir oleh suku Asfar dibawah pimpinan Nadir
Syah yang sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan Safawi di
Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan kerajaan Mughal
terutama karena menurutnya kerajaan ini banyak sekali memberikan
bantuan kepada pemberontak Afghan didaerah Persia. 34 Oleh karena itu,
pada tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia, ia menyerang
kerajaan Mughal. Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan mengaku
tunduk kepada Nadir Syah. Muhamad Syah kembali berkuasa di Delhi
setelah ia memberi hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah.
Kerajaan mughal baru dapat melakukan restorasi kambali terutama setelah
jabatan wazir dipegang chin Qilich Kahn yang bergelar Nizam al-Mulk
(1722-1732 M) karena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi,
tahun 1732 M Nizam al-Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabad dan
menetap disana.35
Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan
terhadap daerah lemah. Pemerintahan daerah satu persatu melepaskan
loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi
pemerintahannya masing-masing. Hiderabad dikuasai Nizam al-Mulk,
Marathas dikuasai Shifaji, Rajpun menyelenggarakan pemerintahan sendiri
dibawah pimpinan Jai Singh dari Amber, punjab dikuasai oleh kelompok
Sikh. Oudh dikuasai oleh Sadat Khan, Bengal dikuasai Syuja’ al-Din,
menantu Mursyid Qulli, penguasa Bengal yang diangkat Aurangzeb.
Sementara wilayah-wilayah pantai banyak yang dikuasai para pedagang
34 Hamka, op, cit., hlm255.
35 S.M.Ikram, op, cit., hlm. 258
asing, terutama EIC dari Inggris.36 Desintegrasi wilayah kekuasaan
Mughal ini semakin diperburuk oleh sikap daerah, yang disamping
melepaskan loyalitas terhadap pemerintah pusat, juga mereka senantiasa
menjadi ancaman serius bagi eksistensi dinasti Mughal itu sendiri.
Setelah Muhammad Syah meninggal tahta kerajaan dipegang oleh
Ahmad Syah (1748-1754 M), kemudian diteruskan oleh Alamghir II
(1754-1759 M), dan kemudian dilanjutkan oleh Syah Alam (1761-1806
M). Pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Khan
Durrani Dari Afghan. Kerajaan Mughal tidak dapat bertahan dan sejak itu
Mughal berada dibawah kekuasaan Afghan, meskipun Syah Alam
diizinkan memakai gelar Sultan. Ketika kerajaan Mughal memasuki
keadaan yang lemah seprti ini, pada tahun itu uga, perusahaan Inggris
(EIC) yang sudah semakin kuat mengangkat senjata melawan pemerintah
kerajaan Mughal, peperangan berlangsung berlarut-larut. Akhirnya, Syah
Alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Oudh, Bengal, dan
orisa kepada Inggris.37 Sementara itu, Najib al-Daula, wazir Mughal
dikalahkan oleh aliansi Sikh Hindu, sehingga Delhi dikuasai Sindhia dari
Marathas. Akan tetapi, Sindhia dapat dihalau kembali oleh Syah Alam
dengan bantuan Inggris (1803 M).38 Syah Alam meninggal pada tahun
1806 M. Tahta kerajaan selanjutnya dipegang oleh Akbar II (1806-1837
M). Pada masa pemerintahannya Akbar memberi konsesi kepada EIC
untuk mengembangkan usahanya di anak benua India sebagaimana yang
diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja
dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan sudah berada ditangan
inggris, meskipun kedudukan dan gelas sultan dipertahankan. Bahadur
Syah 1837-1858 M), penerus Akbar, tidak menerima isi perjanjian antara
EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik antara dua kekuatan itu.
Pada waktu yang sama, pihak EIC mengalami kerugian, karena
penyelenggaraan administrasi perusahaan yang kurang efisien, padahal
mereka harus tetap menjamin kehidupan istana. Untuk menutupi kerugian
36 K.M.Panikar. A Survey of Indian History, (Bombay: Asia Pblishing House, 1957), hlm. 187.
37 Hamka, op, cit., hlm. 163.
38 S.M.Ikram, op, cit., hlm. 268.
dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan
yang tinggi kepada rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat
merasa ditekan maka mereka baik yang beragama Hindu maupun islam
bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur
untuk menjadi lambang pelawanan itu dalam rangka mengembalikan
kerajaan Mughal di India. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat
India terhadap kekuatan Inggris pada bualn Mei 1857 M. Perlawanan
mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat
dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Inggris
kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak.
Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang
dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir diusir dari istana
(1858 M). Dengan demikian, berakhirlah sejarah kekuasan dinasti Mughal
di daratan India, dan tinggallah umat Islam yang harus berjuang
mempertahankan eksistensi mereka.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal
itu mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kepada
kehancurannya pada tahu 1858 M; yaitu:
a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatam militer sehingga
operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera
dipantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan
pasukan darat, bahkan mereka kurang terampil dalam
mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
b. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elite politik yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara
c. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam
melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya,
sehingga konflik antaragama sangat sukar untuk diatasi oleh
sultan-sultan sesudahnya
d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orangorang
lemah dalam bidang kepamimpinan.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Ibrahi Hassan. 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota
Kembang.
Madjid, Nurcholish. 1984. Khasanah Intelektual Islam. Jakarta:Bulan Bintang.
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press.
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta : PT
Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar